Indonesia menghadapi tantangan dunia, dimana Revolusi Industri 4.0 menjadi tolak ukur kemajuan sebuah negara. Transisi Indonesia dari label negara berkembang menjadi negara maju sejalan dengan visi Indonesia Maju 2045. Ada banyak sektor yang memiliki dampak langsung, baik yang menguntungkan maupun merugikan. Tetapi pemerintah Indonesia tetap berpegang teguh pada konsep “tantangan adalah peluang” agar tidak ada kata “merugi” bagi perkembangan perekonomian Indonesia ke depannya.

Indonesia menghadapi tantangan dunia, dimana Revolusi Industri 4.0 menjadi tolak ukur kemajuan sebuah negara. Transisi Indonesia dari label negara berkembang menjadi negara maju sejalan dengan visi Indonesia Maju 2045. Ada banyak sektor yang memiliki dampak langsung, baik yang menguntungkan maupun merugikan. Tetapi pemerintah Indonesia tetap berpegang teguh pada konsep “tantangan adalah peluang” agar tidak ada kata “merugi” bagi perkembangan perekonomian Indonesia ke depannya.

Tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan internet, intranet, e-commerce, electronic data interchange, virtual office, telemedicine pada Society 4.0 telah memangkas waktu dan jarak serta meningkatkan akurasi. Bagi banyak negara berkembang, salah satu kendalanya, mungkin, terletak pada ketidakcakapan Sumber Daya Manusianya. Oleh karena itu cara berpikir masyarakat harus di-upgrade kembali. Lembaga pemerintahan misalnya, teknologi hanya ditempatkan sebagai prasyarat administratif saja. Padahal fungsi teknologi adalah untuk memangkas waktu dan biaya. Karena sejatinya teknologi bertujuan untuk memudahkan manusia dalam menyelesaikan masalah serta memberikan kenyamanan bagi manusia itu sendiri. Melirik ketidaktepatan ini, Jepang sebagai negara yang terkenal dengan kemajuan teknologinya, telah memperkenalkan society 5.0 atau masyarakat 5.0 dimana teknologi digital diaplikasikan dan berpusat pada manusia serta bertujuan agar manusia dapat menikmati hidupnya.

Sedikit menilik kebelakang, pada Society 1.0, manusia masih berada dalam era perburuan dan mulai mengenal tulisan. Masuk pada Society 2.0, manusia sudah mulai bercocok tanam dan menekuni sektor pertanian. Pada Society 3.0, yaitu era industri, manusia mengenal mesin sebagai alat bantu dalam mengerjakan aktivitasnya. Kemudian pada Society 4.0, manusia mengenal komputer dan internet.

Revolusi Industri yang pertama ditandai dengan kemunculan mesin uap. Kedua, digunakannya tenaga listrik untuk produksi massal. Ketiga, adanya pengenalan komputer dan internet. Keempat, munculnya termin digitalisasi yang memungkinkan segala aktivitas dilakukan secara cepat dan tepat terotomatisasi. Inilah yang kita kenal sebagai Revolusi Industri 4.0 dan melalui revolusi ini masyarakat bertransformasi Society 4.0 ke Society 5.0.

Jarak antara Society 4.0 dan Society 5.0 ini terbilang cukup dekat. Karena pada hakekatnya Society 4.0 dan Society 5.0 konsepnya tidak jauh berbeda. Society 4.0 lebih bertumpu pada percepatan informasi sedangkan Society 5.0 lebih menekankan pada manusia sebagai pusat perkembangan teknologi, melalui digitalisasi.

Perubahan fokus perkembangan teknologi  pada Society 4.0 dan Society 5.0 tentu akan berdampak pada banyak sektor. Dan untuk itu, dirasa perlu kajian yang lebih mendalam tentang bagaimana dan “senjata” apa yang paling tepat untuk menghadapi perubahan tersebut.

ISASTech: International Symposium on Applied Science and Technology 2020 bersamaan dengan Simposium PPI se-Dunia Kawasan Amerika dan Eropa 2020 melihat “kegelisahan” tersebut dan mengajak “mereka” yang juga memiliki kegelisahan yang sama untuk menyumbangkan ide dan gagasannya melalui simposium ini. Atas dasar itu, tema yang diangkat adalah:

“Achieving The Sustainability Development Goals: Contriving The Blueprint to Face Industrial Revolution 4.0 and Society 5.0”

Dari tema tersebut dipilah lima sub-tema berdasarkan sektor yang paling berkembang di Indonesia:

  1. Digitalization and its impact on the national economy.
  2. Digitalization of agriculture, marine, and animal husbandry.
  3. Academic impacts of digital education.
  4. Impact of digitalization on art and culture.
  5. Application of digital technology in the public sector.

Jadi, apa yang ditunggu? Tunggu tanggal registarasinya, ya! Sampai jumpa di Istanbul!

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *