Kebudayaan lokal di era globalisasi bagai kapal kecil yang berlayar ditengah besarnya ombak samudra. Rentan tergulung bahkan hilang ditelan lautan. Globalisasi yang erat kaitannya dengan teknologi digital, kerap menarik masyarakat untuk meninggalkan budaya asalnya. Sebagai contoh perubahan norma pada masyarakat, ketidaktahuan akan sejarah, peningggalan budaya dan lain sebagainya.

Teknologi digital membuka gerbang akulturasi budaya yang menghasilkan masyarakat yang sering kita sebut Global Community atau masyarakat global. Ada banyak dampak positif dari lahirnya masyarakat global, tapi jangan lupa pula dengan dampak negatifnya. Dampak positif misalnya, penyebaran budaya disiplin dari negara maju, kebebasan berpikir, serta pemikiran kritis yang mendorong kepada berkembangnya ilmu pengetahuan. Sedang dampak negatif misalnya, hilangnya kearifan budaya lokal karena kecenderungan masyarakat mengikuti trend global.

Lebih dari itu, pada kesenian yang erat kaitanya pula dengan kebudayaan, teknologi digital tidak hanya memberikan kemudahan akses bagi masyarakat umum untuk belajar  tapi juga sedikit banyak mengubah karya yang dihasilkan. Sebagai contoh, telah banyak kita jumpai kemuculan film-film pendek yang secara resmi dapat kita tonton melalui situs berbagi video Youtube, lagu-lagu yang tidak lagi harus melalui studio rekaman dan menggunakan kaset untuk penyebarannya, atau foto-foto indah yang dapat dengan mudah kita nikmati pada jejaring sosial – Instagram.

Digital teknologi menjadikan kita lebih dekat dengan seni, bahkan hingga sangat dekatnya, kita lupa bahwa seni adalah karya cipta milik seseorang. Atas dasar itu, maka sepatutnya hak cipta dijunjung. Fenomena belakangan ini, dengan banyaknya pelanggaran hak cipta seperti plagiarisme, pembajakan dan lain sebagainya, mengingatkan ketika pentingnga regulasi untuk berkesenian di era digital ini.

Untuk itu ISASTech 2020 bersama dengan Simposium ke-7 PPI Dunia Kawasasan Amerika dan Eropa 2020 mengajak kalian untuk menyampaikan ide dan gagasan tentang regulasi apa yang seharusnya dibuat dan diterapkan untuk menjunjung etika berkesenian? Bagaimana cara kita memanfaatkan teknologi digital dan kecerdasan buatan untuk mendokumentasikan kebudayaan dan kesenian lokalagar tetap terjaga bahkan berkembang? Dan bagaimana pula strategi ini kan berhasil membawa dampak yang lebih baik untuk kehidupan manusia yang lebih seimbang?

Sampai jumpa di Istanbul!

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *